Pertemuan ke 20

 Menguak Dapur penerbit Mayor

Pertemuan ke : 20
Hari /.Tgl : Jumat 1 Juli 2022
Narasumber : Edi S.Mulyanta
Moderator : Rosminiyati


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat malam Bapak/Ibu guru hebat, pecinta literasi se-Nusantara yang sebentar lagi akan meluncurkan buku solo masing-masing. 

Malam ini kita akan ditemani oleh seorang moderator yang cantik *Ibu Rosminiyati* kembali membersamai Bapak/Ibu hebat dalam menikmati sajian materi yang akan disampaikan oleh Narasumber kita. 

Sebagai salah satu syarat kelulusan dari Pelatihan  Belajar Menulis adalah menerbitkan buku solo dengan minimal pengumpulan resume sebanyak 20 kali pertemuan, maka kegiatan malam ini adalah menggenapkan jumlah pertemuan tersebut bagi Bapak/Ibu yang menulis resume secara runtut. 

Sekalipun kewajiban menulis resume  hanya 20, namun materi pertemuan ke-21 s.d. 30 tidak kalah *penting* dan  *menarik* untuk dipelajari sekaligus diramu dalam resume yang dapat digunakan untuk melengkapi buku yang akan diterbitkan jika buku solo bersumber dari hasil resume. Oleh karena itu, sambil menyiapkan kelengkapan buku solo, materi selanjutnya setelah ini jangan sampai dilewati. 

Sebagai penulis, tentunya kita ingin sekali jika buku kita bisa diterbitkan oleh *Penerbit Mayor* dengan berbagai keunggulannya. Untuk itu, tentu saja kita harus mengetahui seluk beluk atau kriteria agar buku kita bisa diterbitkan di Penerbit Mayor tersebut.

Malam ini, Narasumber kita Bapak *Edi S. Mulyanta, S.SI,., M.T.* akan membahas materi dengan topik *Menguak Dapur Penerbit Mayor*. 

Jika kita sampai diajak masuk ke dapur, artinya kita adalah keluarga dekat yang tentu saja tidak ada rahasia tentang resep utama dalam jurus-jurus penerbitan buku di Penerbit Mayor ini. 
Oleh karena itu, silakan simak baik-baik materi yang akan disampaikan oleh  Narasumber agar dapat menjadi jalan bagi Bapak/Ibu sebagai penulis buku Penerbit Mayor.

Baiklah Bapak Ibu hebat se-Nusantara, seperti pada  pertemuan-pertemuan sebelumnya, acara kita terdiri dari:
1. Pembukaan
2. Pemaparan materi
3. Tanya jawab 
4. Penutup

Untuk mengawali acara kita, marilah kita mengucapkan lafaz *basmalah.*
Selanjutnya, agar belajar malam ini diberikan kemudahan, kelancaran, dan kerberkahan, marilah kita berdoa sesuai agama masing-masing. Berdoa dimulai. 

Tadi sudah diperkenalkan ya bapak ibu tentang saya.. bapak ibu bisa juga melihat-lihat buku-buku digital yang sudah terbit di tempat kami di www.pbuandi.com

bapak ibu bisa melihat buku-buku yang terbit selama pandemi dalam bentuk digital.
Sudah hampir 20 tahun narasumber mengelola penerbitan buku, awalnya beliau adalah penulis buku mandiri yang hidupnya full dari menulis buku. Kemudian dipercaya untuk mengelola penerbitan buku di Yogyakarta.

2 Tahun Pandemi sungguh merupakan masa terberat selama karier narasumber dalam mengelola penerbitan buku

Tahun 2019 merupakan tahun yang paling berat dalam dunia penerbitan buku, karena perubahan teknologi betul-betul seperti bayang-bayang kelam yang dapat melahap dunia penerbitan buku di Indonesia bahkan di dunia.

Ditambah serta diperparah lagi dengan pandemi Covid yang menambah luluh lantaknya industri penerbitan di Indonesia

Beruntungnya sebelum pandemi, pemerintah telah mengeluarkan undang-undang perbukuan yang mencoba format baru digital untuk dapat dikembangkan di dunia perbukuan Indonesia.

Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menjadi was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia cetak dan produksi buku. Undang-undang no 3 th 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan dunia cetak. Dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no 22 yang keluar pada tahun 2022, telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital di penerbitan.

Bapak ibu sebagai calon penulis harus memahami hal ini, karena atmosfir dunia penerbitan perlahan-lahan akan berubah, karena posisi penulis menjadi semakin strategis dalam industri penerbitan.

Hal tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka  ke arah yang lebih _up to date_, menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum. Beberapa penerbit yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman, akhirnya mencoba mengurangi intensitas  terbitan bukunya, akhirnya berimbas pula ke jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula pendapatan atau omzet buku mereka. Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit yang mementingkan UUD (Ujung-ujungnya Duit) untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Secara otomatis cash flow akan terganggu, sehingga banyak penerbit akhirnya berpindah haluan ke usaha yang lain.

Tahun 2020-2022 merupakan masa paceklik bagi industri penerbitan, akan tetapi berbeda dengan dunia penulisan yang justru marak-maraknya. Hal ini mungkin karena aktifitas kita dibatasi, sehingga banyak yang memberikan kesempatan untuk bekerja dari rumah (WFH)

Penerbit seperti kami, tidak kekurangan naskah selama pandemi, dengan angka naskah masuk yang masih stabil. Akan tetapi angka penjualan yang turun hingga 90%, dimana toko buku sebagai outlet utama kami banyak yang tutup. Sekolah dan kampus sebagai sumber pendapatan kami juga melakukan proses belajar mengajar secara daring.

Produksi buku reguler sempat terhenti, sehingga banyak penulis yang mempertanyakan masa depan penerbitan di Indonesia secara umum.

Tidak semua tema buku, ternyata bisa digantikan oleh digital, hal inilah yang memberikan harapan baru penerbit untuk masih tetap memertahankan lini bisnis bukunya. Titik balik _(rebound)_  pasar buku yang lesu tampaknya sudah mulai terasa mulai awal tahun 2022 ini, sehingga beberapa penerbit yang terlanjur mengurangi produksi bukunya bisa tertinggal oleh penerbit yang masih konsisten memertahankan produksi bukunya.

Data-data pemasaran tidak pernah bohong, bahwa beberapa buku dengan tema yang khas ternyata masih sangat baik di pasar. Nah para penerbit saat ini sedang gencar untuk tetap mempertahankan lini bisnis, yang memang telah teruji oleh perubahan jaman. Hal ini memang membutuhkan dana yang luar biasa besar untuk mencoba menggali lebih dalam pasar-pasar buku yang tidak tergoyahkan dengan perkembangan teknologi yang begitu gencar. Di dalam dunia Start-up dikenal dengan strategi bakar uang, nah di penerbit-penerbit masih mencoba untuk melakukan beberapa penelitian tema yang masih tetap baik di pasar.

Tema yang menjadi primadona ke depan adalah berkaitan dengan kurikulum baru *Merdeka Belajar*Bapak ibu tentunya mempunyai pengalaman tentang hal ini, bisa dicoba ditawarkan ke penerbit. Peluang untuk terbit cukup menarik dengan tema kurikulum yang baru.

Penerbit-penerbit mayor mempunyai idealisme masing-masing, sehingga perlu bapak-ibu perhitungkan jika mengusulkan usulan buku ke penerbit-penerbit tersebut.
Toko buku saat ini sudah mulai kembali menggeliat, peluang terbit di lini toko buku memang cukup berbeda dengan lini sekolah maupun kampus.

Tema buku yang menjadi andalan Toko Buku saat ini adalah tema buku non teks, seperti buku Anak, Buku Motivasi  dan Agama, Fiksi, hingga buku Masak yang masih nangkrin di 10 besar data buku terlaris di setiap toko buku di Indonesia.

Yang menjadi permasalahan klise di dunia penerbitan adalah masalah modal beserta pembiayaan produksi buku yang cukup besar nulainya dalam sebuah proyek terbitan satu judul buku.

Konsep dasar pembiayaan dalam penerbitan buku, adalah penerbitnya yang membiayai. Nah karena banyak tulisan yang tidak sesuai dengan misi dan visi penerbit akhirnya tidak dapat terbit. Karena banyaknya buku yang ditolak penerbit, akhirnya penerbit memberikan skema lain dalam penerbitannya. Misalnya dibiayai oleh penulisnya sendiri, baik melalui skema dana pribadi, CSR Perusahaan, Dana Penelitian Daerah, Dana Sekolah dll.

Skema penerbitan Indi, sempat marak saat pandemi, dengan pembiayaan dari penulis akhirnya sebuah naskah dapat diterbitkan.
Maraknya penerbitan indi ini ternyata memicu permasalahan yang lain yang belum pernah terjadi selama saya berkarier di dunia penerbitan yaitu menjadi langkanya nomor ISBN di perpustakaan nasional.

Geger ISBN pun menjadikan permasalah literasi di Indonesia menjadi sorotan dunia. Begitu besar semangat untuk menulis di Indonesia menjadikan nomor ISBN pun tidak kuasa menerima energinya. Apakah benar begitu? Ternyata ada anomali yang tidak wajar terjadi didunia perbukuan di Indonesia. Wadah ISBN yang biasanya tersedia dengan mudah untuk mendapatkannya, saat ini menjadi nomor mewah yang cukup sulit untuk mendapatkannya. Mengapa bisa demikian, hal ini karena dipicunya keinginan menulis buku hanya untuk mengejar angka kredit semata, tidak memikirkan apakah tulisan tersebut disebarluaskan ke masyarakat seperti amanat undang-undang perbukuan 2017.

Jenis buku menurut PP 22/ 22 Pelaksanaan UU 3/ 17 yaitu :

* PAUD - DIKDASMEN
• Teks Utama ( guru, siswa)
• Teks Pendamping ( luas, dalam, lengkap )
• Non Teks ( pengayaan, referensi, panduan )

*UMUM
•  Fiksi
• Non Fiksi

*DIKTI
• Teks Perti ( buku ajar)
• Non Teks ( Referensi, MOU / Kerjasama)

* Buku Luar
• Penerjemahan
• Impor

Adapun Buku teks Pelajaran 
• Dapat ditulis secara perorangan maupun berkelompok
•Berisi buku pengetahuan untuk bidang ilmu atau mata pelajaran tertentu dan diperuntukkan bagi peserta didik pada suatu jenjang pendidikan tertentu atau sebagai bahan pegangan mengajar guru baik sebagai buku teks utama maupun sebagai buku teks pendamping sebagai pelengkap
•Buku teks pelajaran yang ditulis oleh jika lolos penilaian oleh BNSP memperoleh angka kredit sebesar  6.00
•Buku teks yang dicetak oleh penerbit dan ber ISBN memperoleh angka 3.00
• Buku teks yang dicetak oleh penerbit tapi tidak ber- ISBN memperoleh angka kredit 1.00
Non Teks terdiri Dari:

• Modul adalah materi yang disusun dan disajikan secara rinci dan lengkap utuh serta sistematis sedemikan rupa sehingga pembacanya diharapkan secara mandiri dapat menyerap materi tersebut

• Diktat adalah ringkasan suatu mata pelajaran atau bidang studi yang dipersiapkan guru untuk mempermudah/ memperkaya materi mata pelajaran/ bidang study yang disampaikan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.


*Buku umum

• Fiksi - karya seni, berupa karya sastra yang meliputi novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, cerita bergambar, ataupun naskah drama/ teater/ film yang dibuat dalam bentuk buku yang diterbitkan ber - ISBN

•Karya sastra novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, dan naskah drama dapat dibuat dalam bentuk buku yang diterbitkan ber-ISBN oleh penerbit beresitor astra dan diedarkan di masyarakat.

Buku dengan Omzet terbesar adalah buku teks pelajaran utama, karena pasarnya sangat besar seluruh sekolah di Indonesia.

Buku ini melalui proses seleksi dari pemerintah yang cukup ketat. Semua penerbit mempunyai peluang yang sama, akan tetapi penerbit yang misi dan visinya di buku pelajaran biasanya yang lebih siap.

Buku teks pendamping atau modul biasanya mempunya pasar yang lebih kecil, akan tetapi sangat fleksibel pola pemasarannya. Tidak mustahil buku ini juga mempunyai omzet yang cukup besar juga disalurkan di proyek-proyek pemerintah.

Buku umum pasarnya paling kecil, karena outlet utama adalah di toko buku baik toko buku modern maupun tradisional.

Penerbit mayor mempunya saluran pemasaran yang cukup banyak, atau disebut _omni channel marketing_ sehingga selama pandemi bisa berkelit di saat yang sulit.

Jadi bapak ibu sebagai calon penulis dapat mencoba menawarkan semua tipe tulisan supaya peluang terbitnya menjadi lebih besar. Saat ini pasar buku sudah mulai bangkit lagi, akan tetapi produksi buku sudah terlanjur melambat. Sehingga bulan-bulan ke depan, jumlah judul buku yang beredar di Indonesia akan mengalami penurunan akibat 2,5 tahun pandemi.

Ini kesempatan bagi bapak ibu untuk tetap semangat menulis karena pasar buku masih cukup menarik mengingat buku fisik masih menjadi andalan utama penerbit dalam mencari peruntungannya.

*Kesimpulan*
Penerbit adalah lembaga yang mencari profit, dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan bukunya sesuai dengan visi misinya. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan dinikmati oleh pembacanya. Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya ide Anda dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke pembaca.

Demikian paparan dari narasumber kita pada malam ini semoga dapat memberikan gambaran tentang dunia penerbitan di _Pasca Pandemi_ yang cukup memporak porandakan lini bisnis penerbitan. Semoga pasar buku bisa kembali pulih, dan naskah bapak ibu sekalian akan menghiasi rak-rak toko buku kembali, dan tas-tas sekolah anak didik kita.

Terimakasih tak terhingga untuk materinya malam ini sangat luar biasa sekali. Sangat bermanfaat dan mencerahkan sekali.

Salam Literasi
Maju terus Guru Motivator Literasi

Subang 1 Juli 2022
Nina Yuliana S.Pd

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pertemuan ke 2

MODUL 3.1 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL

Nina Yuliana S.Pd